terjemahkan

fendy

RAHMAN EFFENDI, S.Pd.SD

bab II

BAB. 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 AKTIFITAS BELAJAR SISWA
Inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar / aktifitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran (Nana Sujdana, 2000 : 28). Pendapat tersebut menjelaskan bahwa setiap proses pembelajaran menampakkan aktifitas belajar siswa. Segala aktifitas yang terjadi pada proses pembelajaran sangat  memepengaruhi hasil belajar siswa. Siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajran karena siswa merupakan subjek dalam proses belajar mengajar dan bukan obyek yang pasif. Dengan kata lain, dalam beraktifitas siswa tidak hanya mendengarkan,  mencatat, dan mematuhi perintah guru seperti yang sering dijumpai pada pembelajaran konvensional.
Belajar bukanlah proses dalam kehampaan, tepi juga tidak sepi dari aktivitas. Tanpa adanya aktivitas proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung dengan baik, karena pada prinsipnya aktivitas adalah tindakan yang melibatkan fisik dan mental siswa dalam memperoleh pengetahuan. Seperti yang dinyatakan Sardiman  ( 2000 : 98 ), yang dimaksud aktivitas belajar itu adalah aktiviras yang bersifat fisik dan mental yang keduanya harus saling terkait. Aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa yang dituntut selalu aktif.
7
 
Aktivitas siswa dalam kehiatan belajar mengajar salah satunya ditandai dengan partisipasi siswa dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djamarah (2000:84), salah satu kegiatan siswa dalam belajar mengajar adalah setiap siswa berpartisipasi dalam melaksanakan tugas belajarnya melalui berbagai cara. Sedangkan menurut aisyah (2000:61), aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam memberikan respon melalui pemikiran meraka atau kegiatan yang disisipkan secara strategis selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan siswa baik secara fisik maupun mental selama proses pembelajaran berlangsung sehinnga tercipta suasana belajar tercapai secara optimal. Dan aktivitas siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa/ partisipasi siswa secara langsung dalam melaksanakan tugas maupun merespon dengan pemikiran sendiri selama proses pembelajaran berlangsung.
Aktifitas siswa tidak hanya cukup mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah – sekolah tradisional. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2000:99), membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain digolongkan sebagai berikut:
a.            Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, demontrasi, percobaan, dan lain – lain.
b.            Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan instrupsi.
c.            Listening activities, seperti mendengarkan, uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan presentasi.
d.            Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, mengisi angket, dan menyalin .
e.            Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta dan diangram.
f.              Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun dan berternak.
g.            Mental activities, seperti menangkap, menggingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
h.            Emosional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.
Sedangakan menurut Djamarah (2002:39-45), ada beberapa contoh aktivitas belajar dalam beberapa situasi antara lain :
1.            mendengarkan
2.            memandang
3.            meraba, mencium, dan mecicipi/mengecap.
4.            menulis dan mencatat
5.            membaca
6.            membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggaris bawahi
7.            mengamati tabel, diagram – diagram dan bagan – bagan
8.            menyusun paper dan kertas kerja
9.            berfikir
10.       latihan dan praktek
Aktivitas belajar sangat bervariasi, yang meliputi membaca dan menulis, mendengarkan, bertanya dan menjawab, adu argumen dan aktivitas yang menampakkan kegairahan dalam mengikuti pelajaran Hendra Wijaya (dalam Pambudi, D.S,2005:290).
Berdasarkan pendapat mengenai aktivitas – aktivitas belajar yang telah disebukan diatas, maka dalam penelitian ini aktivitas belajar yang digunakan dalam indikator  yaitu:
1.      Bertanya
Bertanya merupakan aktivitas yang sering dilakukan dalam proses belajar mengajar baik dari guru maupun dari siswa. Bertanya salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dan diabaikan karena metode apapun yang digunakan dan bagaimanapun kondisi siswa, dengan bertanya dapat menghidupkan kondisi proses pembelajaran. Bertanya yang dilakukan guru pada dasarnya bertujuan memberikan rangsangan atau stimulus agar siswa lebih meningkatkan belajarnya dan berfikir terhadap pokok bahasan yang dipelajari.
Menurut Soetomo (1993:77), bertanya yang efektif dan efisien dapat menimbulkan perubahan tingkah laku baik dari murid maupun dari guru. Maksud dari pendapat tersebut dengan bertanya akan merubah keadaan dimana guru yang sebelumnya aktif memberikan informasi akan berubah menjadi banyak mengundang interasi siswa, sedangkan siswa yang sebelumnya hanya secara pasif mendengarkan keterang guru akan berubah lebih banyak berpartisipasi dalam bertanya, menjawab dan mengemukakan pendapatnya. Kegiatan bertanya pada siswa akan mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan dalam menemukan, mengorganisir dan menilai informasi yang pernah didapat sebelumnya. Dalam penelitian ini kegiatan bertanya dapat dilihat pada saat proses belajar berlangsung
2.      Mengerjakan tugas
Salah satu prinsip belajar adalah mengerjakan tugas. Mengerjakan tugas dapat berupa mengerjakan latihan – latihan yang ada dalam buku – buku ataupun soal – soal buatan guru . Ha ini sesuai yang diungkapkan Slamet (1995:88), agar siswa berhasil dalam belajarnya perlulah mengerjakan tugas dengan sebaik – baiknya  jika siswa megerjakan dengan sungguh – sungguh maka siswa tersebut akan berhasil dalam kegiatan belajarnya sehingga tujuan pembelajaran yang telaj ditetapkan juga akan tercapai sama halnya yang diutaraka Djamarah (2000:84), salah satu kegiatan siswa dalam kegiatan belajarnya adalah setiap siswa berpartisipasi dalam melaksankan tugasnya. Dengan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru tanpa menunda  - nunda waktu yang disediakan akan dapat mengumpulkan tugas tersebut tepat waktu. Selain itu siswa mengerjakan tugas hanya melihat catatan dan mencontek pekerjaan temannya tapi ikut menyumbangkan pikirannya.
Berdasarkan pendapat  diatas, dalam penelitian ini mengerjakan tugas yang dilakukan siswa dilihat dari kesungguhan siswa dapat mengerjakan tugas, partisipasi siswa dalam menyumbangkan pemikirannya, bertanya kepada guru atau temannya apabila ada soal yang kurang dimengerti, dapat mengumpulkan tugasnya tepat waktu.
3.      Mengemukakan pendapat
Proses belajar mengajar tidak lepas dari interaksi antara guru dan siswa maupun siswa yang satu dengan siswa yang lain. Semua saling berhubungan satu dengan yang lain saling memberi informasi dan berbagi pengetahuan. Hal ini dapat dilakukan salah satunya dengan mengemukakan pendapat. Mengajukan pendapat termasuk aktifitas belajar. Dengan berpendapat siswa dapat menyampaikan apa yang dipikirkan mengenai pandangan – pandangan dan ide – ide yang berhubungan dengan masalah yang sedang dibahas maka dari itu semua yang terlibat dalam pembelajaran baik guru maupun siswa dapat menjadi sumber informasi. Dalam penelitian ini kegiatan mengajukan pendapat dilihat pada saat siswa berdiskusi maupun bekerja kelompok
2.2    METODELOGI  MENGAJAR

Metodelogi berasal dari bahasa Latin " Meta " dan " Hodos " meta artinya jauh (melampaui), Hodos artinya jalan (cara). Metodologi adalah ilmu mengenai cara-cara mencapai tujuan.
Metode mengajar merupakan suatu cara penyampaian materi ajar yang dilakukan oleh guru terhadap siswanya di dalam kelas, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hudoyo (1979: 126) menyatakan bahwa metode mengajar adalah suatu cara atau teknik mengajar topik-topik tertentu yang disusun secara teratur dan logis. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan (Winamo Surakhmad). Kadang-kadang metode juga dibedakan dengan teknik. Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif. Maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru) untuk mencapai tujuan. Contoh: Guru A dengan guru B sama-sama menggunakan metode ceramah. Keduanya telah mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan metode ceramah yang efektif, tetapi hasilnya guru A berbeda dengan guru B karena teknik pelaksanaannya yang berbeda. Jadi tiap guru mungakui mempunyai teknik yang berbeda dalam melaksanakan metode yang sama.
Dari definisi-definisi metodologi dan mengajar yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pengertian metodolgi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
              Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.

2.2.1  Beberapa metode mengajar yang dapat divariasikan oleh pendidik  diantaranya :
a.   Metode Ceramah (Preaching Method)
Sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
  1. Metode diskusi ( Discussion method )
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).
  1. Metode percobaan ( Experimental method )
Metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful
BahriDjamarah,(2000)
Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.
  1. Metode latihan keterampilan ( Drill method )
Suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
  1. Metode mengajar beregu ( Team teaching method )
Suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.
  1. Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching method )
    Suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri
  2. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )
Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.
  1. Metode perancangan ( projeck method )
    Suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
  2. Metode Bagian ( Teileren method )
Suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
  1. Metode Global (Ganze method )
Suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.
  1. Metode Ceramah Plus
Metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya. Metode ceramah plus dapat dibagi menjadi :
a. Metode Ceramah Plus Tanya jawab dan Tugas (CPTT).
b. Metode Ceramah Plus Diskusi dan Tugas (CPDT)
c. Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan (CPDL)
  1. Metode Resitasi (Recitation Method)
Metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.
  1. Metode percobaan (Experimental Method)
Syaiful Bahri Djamarah (2000) mengatakan metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di laboratorium.
  1. Metode Discovery
Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery,  Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
  1. Metode Inquiry
    Menurut Mulyasa (2003), metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif.
  2.  Metode Demontrasi (Demonstration Method)
Metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000) adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran..
Ada banyak lagi metode – metode yang lain yang tidak tersebut disini yang dapat digunakan guru di kelas, tetapi peneliti lebih menekankan pada metode demontrasi sebagai acuan dalam penelitian perbaikan ini
2.3  METODE DEMONSTRASI
2.3.1  Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah “metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah” (2000)
Metode demonstrasi adalah metode yang   digunakan    untuk memperlihatkan    sesuatu    proses    atau  cara kerja   suatu benda   yang    berkenaan   dengan bahan pelajaran    Syaiful    Bahri Djamarah,(2000).                                                              
Yang di  maksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan  peragaan  untuk  memperjelas  suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa.
Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untukmemperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.
2.3.2       Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah

a.  Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
b.  Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang  
dipelajari.
c.   Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih
melekat dalam diri siswa ( Daradjat, 1985 )

Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri.

2.3.3  Adapun aspek yang penting dalam menggunakan Metode Demonstrasi adalah:
  1. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.
  2. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga.
  3. Tidak semua hal dapat di Demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
  4. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis
  5. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan di Demonstrasikan.
  6. Dan adapun sebaiknya dalam Mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus terlebih dulu Mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk.

2.3.4   Kelebihan metode demonstran adalah:
  1. Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh guru dapat di amati
  2. Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain
  3. Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar
  4. Dapat menambah pengalaman anak didik
  5. Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan
  6. Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit
  7. Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung.
  8. Kesalahan-kesalahan    yang   terjadi dari   hasil ceramah   dapat diperbaiki melaui   pengamatan   dan    contoh   konkret,   drngan    menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstransi tersebut, maka dalam bidang setudi agama, banyak hal-hal yang dapat di demonstrasikan terutama dalam bidang ibadat, seperti pelaksanaan shalat, zakat dan yang lainnya.
Apabila teori menjalankan ibadah yang betul dan baik telah di miliki oleh anak didik, maka guru harus mencoba mendemonstrasikan di depan para murit. Dan apabila anak didik sedang mendemonstrasikan ibadah, guru harus mengamati langkah dari langkah dari setiap gera-gerik murid tersebut,
sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangannya guru berkewajiban memperbaikinya. Tindakan mengamati segi-segi yang kurang baik lalu memperbaikinya akan memberikan kesan yang dalam pada diri anak didik, karna guru telah memberi pengalaman kepada anak didik baik bagi anak didik yang menjalankan Demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya.
2.3.5   Dari segi kelemahan atau metode demonstran adalah:
  1. Memerlukan waktu yang cukup banyak
  2. Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien
  3. Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya
  4. Memerlukan tenaga yang tidak sedikit
  5. Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.
  6. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
2.3.6 Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah:
a.  Perencanaan
Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah
o              Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang di harapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir
o              Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di laksanakan
o              Memperhitungkan waktu yang di butuhkan
o              Selama demonstrasi berlangsung guru haru intropeksi diri apakah:
o              Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa
o              Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas
o              Siswa di sarankan membuat catatan yang dianggap perlu
o              Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik
b. Pelaksanaannya:
Hal-hal yang mesti di lakukan adalah:
o              Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya
o              Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
o              Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar mencapai sasaran
o              Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik
o              Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif
o              Menghindari ketegangan
C.  Evaluasi:
Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan,menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah ataupun di rumah.
2.3.7  Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan metode demonstrasi tersebut adalah:
  1. Rumuskan secara spesific yang dapat di capai oleh siswa.
  2. Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan demontrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang telah di rencanakan.
  3. Menyipkan peralatan yang di butuhkan sebelum demonstrasi dimulai.
  4. Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan     kenyataan sebenarnya.

2.4  MEDIA PEMBELAJARAN
2.4.1  Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
 2.4.2  Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1.      Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
2.      Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
3.      Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
4.      Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5.      Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6.      Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7.      Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8.      Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
2.4.3  Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:
  1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
  2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
  3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
  4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.

2.5   MEDIA TIGA DIMENSI
2.5.1 Pengertian media tiga dimensi
 Media Tiga Dimensi Dalah Media Yang Mempunyai panjang, lebar dan ketebalan.
2.5.2   Secara garis besar media tiga dimensi terbagi menjadi dua golongan yaitu
(1) benda-benda sebenarnya (benda asli),
(2) benda-benda pengganti (tiruan). Dari kedua golongan media ini ada    yang bisa dibawa ke kelas dan ada yag tidak dapat dibawa ke kelas.
Pengalaman melalui benda sebenarnya Benda-benda sebenarnya yakni benda-benda riil yang dipakai manusia di dalam kehidupan sehari-hari. Golongan ini merupakan golongan utama; pengalaman-pengalaman yang diperoleh adalah pengalam angsung dan nyata. Menggunakan benda-benda nyata atau makhluk hidup dalam pengajaran sering kali paling baik, dalam menampilkan benda-benda nyata tentang ukuran, suara, gerak-gerik, permukaan, bobot badan, bau serta manfaatnya. Benda-benda nyata itu banyak macamnya, mulai dari manusia, benda atau makhluk hidup seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, juga termasuk benda-benda mati seperti batuan, air, tanah dan lain-lain.
Pengajaran di Kelas Dalam mempergunakan benda-benda nyata untuk tujuan pengajaran di kelas, guru hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut :
(a)   benda-benda atau makhluk hidup apakah yang mugkin dimanfaatkan di kelas secara efisien,
(b)   bagaimana caranya agar semua benda itu bersesuaian sekali terhadap pola belajar siswa,
(c)   dari mana sumbernya untuk memperoleh benda-benda itu. Benda-benda itu tentunya yang berukuran kecil atau tidak terlalu besar dan relatif mudah didapatkan dari lingkungan sekitar kelas (terjangkau), yang terpenting dalam hal ini adalah agar apa yang menjadi tujuan yang telah direncanakan akan dapat tercapai.
Pengajaran di Luar Kelas apabila ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih kongkrit dari sekedar apa yang telah diberikan di kelas dan memang tidak memungkinkan terjadi di kelas, maka dapat diperoleh pengalaman-pengalaman langsung dan yang riil dengan jalan kunjungan-kunjungan khusus ke tempat-tempat tertentu, baik di lingkungan (fasilitas) sekolah maupun lingkungan yang jauh sebagai metode karyawisata (study tour) misalnya: jika ingin mempelajari lingkungan masyarakat seperti proses sosial, ekonomi, budaya, kependudukan dll dengan menggunakan metode survey untuk bidang studi ilmu sosial dan kemasyarakatan seperti ekonomi, sejarah, sosiologi, kependudukan dan antropologi; dengan kemping untuk menghayati bagaimana kehidupan alam seperti suhu, iklim, suasana, dll, untuk untk bidang ilmu pengetahuan alam seperti ekologi, biologi, fisika, dan kimia. Obyek wisata harus relevan dengan bahan pengajaran misalnya museum untuk pelajarn sejarah, kebun binatang untuk pelajaran biologi, teropong bintang untuk astronomi dan fisika, BATAN untuk teknik nuklir, pabrik kimia farma untuk teknik kimia dan farmasi, dll.
Benda-benda sebenarnya tidak dengan sendirinya berfungsi sebagai media komunikasi, namun adakalanya perlu dikomunikasikan oleh orang atau nara sumber yang dapat mengkomunikasikan benda tersebut.b. Pengalaman melalui Benda Pengganti (Tiruan) Tidak seorangpun dapat memiliki segala kesempatan untuk mengalami segala sesuatu di dunia untuk akhirnya memiliki pengetahuan yang lengkap. Setiap orang hidup terbatas, dengan kemampuan yang terbatas untuk menghayati arti dari segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya.
Untuk melengkapi pengetehuan seorang siswa agar dengan pengetahuan itu dapat menghadapi tuntutan hidupnya, terpaksalah dipergunakan benda-benda pengganti. Penggunaan benda pengganti ini adakalanya dipandang memang lebih praktis dan efektif daripada benda aslinya, misalnya bagaimana bentuk bakteri yang ukurannya terlalu kecil, bagaimana bumi mengitari matahari yang ukurannya terlalu besar, bagaimana susunan tubuh manusia bagian dalam seperti jantung, hati usus, dll, bagaimana susunan jaringan reaktor nuklir, dll. Atau adakalanya kalau kita berhadapan benda aslinya sakalipun, kita toh tidak dapat mempelajarinya. Seperti contoh kalau kita dapat mengunjungi Pembangkit Listrik Tenaga Uap dan dimuka sebuah generator, kita tidak akan banyak mendapat pengertian tentang bagaimana generator itu bekerja karena mesin itu tertutup kalau sedang bekerja.
Untuk itulah perlu benda pengganti atau tiruan yang meliputi: model, barang contoh/specimen, tiruan sederhana ( mock-ups ), diorama, bak pasir, dll. Supaya alat-alat visual tiga dimensi baik itu benda asli maupun benda pengganti menjadi alat peraga yang efektif,

2.5.3 Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan yaitu :
a.       Alat-alat visual tiga dimensi harus dapat dilihat oleh semua yang sedang belajar secara bersama - sama,-    
b.       Beri kesempatan bagi mereka yag belajar untuk memeriksa alat-alat tiga dimensi yang digunakan,- 
c.       Gunakan alat peraga tambahan, seperti gambar dua dimensi, diagram,  bagan, atau alat-alat audio - visual lainnya,-  
d.       Perlihatkan alat-alat visual tiga dimensi itu sewaktu di perlukan
2.6       KETERKAITAN METODE DEMONTRASI DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Belajar mengajar merupakan suatu proses atau sistem yang tidak terlepas dari komponen komponen yang lain yang saling berinteraksi didalamnya misalnya keterkaitan metode demontrasi dan media pembelajaran. Metode demontrasi adalah suatu cara mngajar dengan memperlihatkan suatu proses, cara kerja suatu benda dengan demikian metode demontrasi masih memerlukan media pembelajaran yaitu suatu benda untuk didemontrasikan atau diperagakan agar memperjelas suatu pengertian agar tercapainya  tujuan pembelajaran
2.7   HIPOTESIS TINDAKAN PERBAIKAN
Berdasarkan tinjauan pustaka ini diatas maka tindakan penelitian perbaikan ini adalah sebagai berikut jika diterapkan metode demontrasi dan penggunaan Media pembelajaran tiga dimensi pada mata pelajara IPA materipokok Fase bulan maka meningkatkan aktifitas siswa belajar  pada siswa kelas IV diSDN 2 Tribungan Kecamatan Mangaran tahun pelajaran 2008 / 2009

    




















MEDIA PEMBELAJARAN

Sunday, 25 November 2007
MEDIA PEMBELAJARAN
PENGGUNAAN MEDIA
Belajar-mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar itu tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan belajar-mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan.
MEDIA PEMBELAJARAN
PENGGUNAAN MEDIA
Belajar-mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar itu tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan belajar-mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan.
MEDIA PEMBELAJARAN
October 22nd, 2007
PENGGUNAAN MEDIA
 Jenis dan Fungsi Sumber Belajar
 1.  Pendahuluan 
Belajar-mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar itu tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan belajar-mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan.
Sumber belajar dalam pengertian sempit adalah, misalnya: buku-buku atau bahan-bahan cetak lainnya. Pengertian itu masih banyak dipakai dewasa ini oleh sebagian besar guru. Misalnya dalam program pengajaran yang biasa disusun oleh para guru terdapat komponen sumber belajar, dan pada ummnya akan diisi dengan buku teks atau buku wajib yang dianjurkan. Pengertian yang lebih luas tentang sumber belajar diberikan oleh Edgar Dale yang menyatakan bahwa pengalaman itu sumber belajar. Berikut kerucut pengalaman (cone of experience).
Sumber belajar dalam pengertian tersebut menjadi sangat luas maknanya, seluas hidup itu sendiri, karena segala sesuatu yang dialami dianggap sebagai sumber belajar sepanjang hal itu membawa pengalaman yang menyebabkan belajar. Belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya. Pengalaman yang dapat memberikan sumber belajar diklasifikasikan menurut jenjang tertentu berbentuk kerucut pengalaman. Penjenjangan jenis-jenis pengalaman tersebut disusun dari yang kongkrit sampai yang abstrak.Dalam pengembangan sumber belajar itu terdiri dari dua macam yaitu: Pertama, sumber belajar yang dirancang atau sengaja dibuat untuk membantu belajar-mengajar (learning resources by design) misalnya buku, brosur, film, video, tape, slides, OHP, dll. Kedua, sumber belajar yang dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar berupa segala macam sumber yang ada di sekeliling kita. Sumber belajar tersebut tidak dirancang untuk kepentingan suatu kegiatan pembelajaran (learning resources by utilization). Misalnya pasar, toko, museum, tokoh masyarakat, pakar, dll.           
2.       Klasifikasi/Jenis Sumber Belajar 
            Pengklasifikasian sumber belajar menurut Edgar Dale (1954) terinci seperti dalam kerucut pengalaman seperti telah dikemukakan di atas. Sedangkan menurut Wallington (1970) bahwa peran utama sumber belajar adalah membawa atau menyalurkan stimulus dan informasi kepada siswa. Dengan demikian maka untuk mempermudah klasifikasi sumber belajar itu kita dapat mengajukan pertanyaan seperti “apa”, siapa”,”di mana”, dan “bagaimana”. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan Wallington tersebut, kemudian dapat disusun klasifikasi sumber belajar sebagai berikut
Klasifikasi Pertanyaan Jenis Sumber Belajar1.      Apa yang disajikan ? Pesan, berita, informasi2.      Siapa yang menyajikan? Manusia, materi, pelajaran, alat3.      Bagaimana menyajikannya? Teknik, metode, prosedur4.      Di mana disajikan? Di tempat yang diatur   Klasifikasi lain yang biasa dilakukan terhadap sumber belajar adalah sebagai berikut :a.      Sumber belajar tercetak meliputi: buku, majalah, brosur, koran, kamus, ensiklopedia.b.      Sumber belajar non-cetak meliputi: film, slide, video, model, transparan, obyek, dll.c.      Sumber belajar yang berbentuk fasilitas meliputi: perpustakaan, ruang belajar, studio, lapangan olah raga, dll.d.      Sumber belajar berupa kegiatan meliputi: wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi, permainan, dll.e.      Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat meliputi: taman, terminal, pasar, toko, museum, pabrik, dll.  

3.       Komponen dan Faktor Sumber Belajar 
            Sumber belajar dapat dipandang sebagai suatu sistem karena merupakan satu kesatuan yang di dalamnya terdapat komponen-komponen dan faktor-faktor yang berhubungan dan saling berpengaruh satu sama lainnya yang selalu dapat dipandang sebagai satu kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen atau subsistem-subsistem.
 a.     Komponen-komponen Sumber Belajar.Tujuan, misi, atau fungsi sumber belajar. Setiap sumber belajar mempunyai tujuan dan misi yang akan dicapai. Tujuan sangat dipengaruhi oleh sifat dan bentuk-bentuk sumber belajar itu sendiri. Bentuk, format, atau keadaan fisik sumber belajar. Wujud sumber belajar secara fisik satu sama lainnya berbeda-beda. Misalnya pusat perbelanjaan berbeda dengan kantor bank sekalipun keduanya memberikan inormasi tentang perdagangan. Demikian pula bila mempelajari dokumentasi, tentu berbeda dengan mengadakan wawancara dengan seseorang. Pesan yang dibawa sumber belajar. Setiap sumber belajarselalu membawa pesan yang dapat dimanfaatkan atau dipelajari oleh pemakainya. Komponen pesan merupakan informasi yang penting. Oleh sebab itu para pemakai sumber belajar hendaknya memperhatikan bagaimana isi pesan disimak. Tingkat kesulitan atau kompleksitas pemakai sumber belajar. Tingkat kompleksitas penggunaan sumber belajar berkaitan dengan keadaan fisik dan pesan sumber belajar. Sejauh mana kompleksitasnya perlu diketahui guna menentukan apakah sumber belajar itu masih dapat dipergunakan mengigat waktu dan biaya yang terbatas. b.     Faktor-faktor yang berpengaruh kepada Sumber BelajarPerkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini sangat mempengaruhi sumber belajar yang digunakan. Pengaruh teknologi bukan hanya terhadap bentuk dan jenis sumber belajar, melainkan juga terhadap komponen-komponen sumber belajar. Nilai-nilai budaya setempat. Sering ditemukan bhan yang diperlukan sebagai sumber belajar dipengaruhi oleh faktor bdaya setempat, misalnya nilai-nilai budaya yang dipegang teguh masyarakat, terutama pada jenis sumber belajar seperti tempat bekas peninggalan upacara ritual pada masa lampau yang masih dianggap tabu oleh masyarakat setempat untuk dikujungi akan sulit dipelajari atau diteliti sebagai sumber belajar. Keadaan ekonomi pada umumnya. Sumber belajar juga dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, baik secara mikro maupun secara makro dalam hal upaya pengadaan, jenis atau macam, dan upaya penyebarannya kepada pemakai. Keadaan pemakai. Pemakai sumber belajar jelas memegang peranan penting karena pemakailah yang memanfaatkanya sehingga sifat pemakai perlu diketahui, misalnya berapa banyak pemakai sumber belajar itu, bagaimana latar belakang dan pengalaman pemakai, bagaimana motivasi pemakai, apa tujuan pemakai memanfaatkan sumber belajar itu. 
4.       Memilih sumber belajar 
Memilih sumber belajar harus didasarkan atas kriteria tertentu yang secara umum terdiri dari dua macam ukuran, yaitu kriteria umum dan kriteria berdasarkan tujuan yag hendak dicapai.
 a.      Kriteria Umum
-         Ekonomis. Dalam pengertian murah. Ekonomis tidak berarti harganya selalu harus rendah, bisa saja pengadaan sumber belajar itu cukup tinggi, tetapi pemanfaatannya dalam jangka panjang terhitung murah.
-         Praktis dan sederhana. Artinya tidak memerlukan pelayanan serta pengadaan sampingan yang sulit dan langka, atau tidak memerlukan pelayanan yang menggunakan keterampilan khusus yang rumit.
-         Mudah diperoleh. Dalam arti sumber belajar itu dekat, tidak perlu diadakan atau dibeli di toko atau pabrik. -         Bersifat fleksibel. Artinya bisa dimanfaatkan untuk pelbagai tujuan instruksional dan tidak dipengaruhi oleh faktor luar, misalnya kemajuan teknologi, nilai budaya, dan keinginan berbagai pemakai sumber belajar itu sendiri. -         Komponen-komponennya sesuai dengan tujuan, merupakan kriteria yang penting. Sering terjadi sumber belajar mempunyai tujuan yang sesuai, pesan yang dibawa juga cocok, tetrapi keadaan fisik tidak terjangkau karena di luar kemampuan disebabkan oleh biaya yang tinggi dan banyak memakan waktu.      b.      Fungsi Sumber Belajar Berdasarkan TujuanSumber belajar guna memotivasi, terutama berguna untuk siswa yang lebih rendah tingkatannya, dimaksudkan untuk memotivasi mereka terhadap mata pelajaran yang diberikan. Misalnya dengan darmawisata, gambar-gambar yang menarik, cerita yang baik, dll, yang tujuannya untuk membangkitkan minat, mendorong partisipasi, merangsang pertanyaan-pertanyaan, memperjelas masalah, dll.Sumber belajar untuk tujuan pengajaran, yaitu untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar. Kriteria ini paling umum dipakai dengan maksud untuk memperluas bahan pelajaran, melengkapi pelbagai kekurangan bahan, sebagai kerangka mengajar yang sistematis.Sumber belajar untuk penelitian, merupakan bentuk yang dapat diobservasi, dianalisis, diatat secara teliti, dan sebagainya. Jenis sumber belajar ini diperoleh seara langsung dari masyarakat atau lingkungan. Sumber belajar yang dirancang dan membantunya melalui rekaman audio maupun video.Sumber belajar untuk memecahkan masalah. Beberapa ciri yang harus diperhatikan yaitu:
(1)         Sebelum mulai perlu diketahui: Apakah masalah yang dihadapi sudah cukup jelas sehingga bisa diperoleh sumber belajar yang tepat? Apakah sumber belajar bisa disediakan? Di mana bisa diperolehnya?;
(2)         Mempertimbangkan bukti-bukti: Apakah sumber belajar masih aktual? Bagaimana jenisnya? Adakah sumber lain yang dapat dipakai?;
(3)         Membuat kesimpulan: Benarkah kesimpulan yang diambil atas dasar sumber belajar itu?Sumber belajar untuk presentasi. Ini hampir sama dengan yang dipergunakan dalam kegiatan instruksional. Di sini lebih ditekankan sumber sebagai alat, metode, atau strategi penyampaian pesan. Fungsi sumber belajar ini bukan sebagai penyampai pesan atau informasi ataupun data, melainkan sebagai strategi, teknik, atau metode.  
  • Media Pendidikan
 1. Pendahuluan           
Salah satu pengertian dari media pendidikan yang cukup populer adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh sebab itu media pendidikan adalah suatu bagian yang integral dari proses pendidikan. Dan karena itu menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh setiap guru yang profesional. Karena bidang ini telah berkembang sedemikian rupa berkat kemajuan ilmu dan teknologi dan perubahan sikap masyarakat, maka bidang ini telah ditafsirkan secara lebih luas dan mempunyai fungsi yang lebih luas pula serta memiliki nilai yang sangat penting dalam dunia pendidian di sekolah.             
Pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional. Karena itu diperlukan kemampuan dan kewenangan. Kemampuan itu dapat dilihat pada kesanggupannya enjalankan peranannya sebagai guru: pengajar, pembimbing, administrator, dan sebagai pembina ilmu. Salah satu segi kemampuan ini, adalah sejauh manakah ia menguasai metodologi media pendidikan di sekolah untuk kepentingan anak didiknya, sehingga memungkinkan perkembangan mereka secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan.  
2. Pola Media Pendidikan                 
Dari pengertian media pendidikan di atas kita menafsirkan media pendidikan dari sudut pandang yang luas, dalam arti tidak hanya terbatas pada alat-alat audio/visual yang dapat dilihat dan didengar, melainkan sampai pada kondisi di mana para siswa dapat melakukan sendiri. Dalam pola demikian itu, maka tercakup pula di dalamnya pribadi dan tingkah laku guru. Secara menyeluruh pola media pendidikan itu terdiri dari:
a.     Bahan-bahan cetakan atau bacaan (suplementary materials), berupa bahan bacan seperti: buku, koran, komik, majalah, bulletin, folder, periodikal, pamplet, dan lain-lain. Bahan-bahan ini lebih mengutamakan kegiatan membaca atau penggunaan simbol-simbol kata dan visual.b.     Alat-alat audio-visual.
Alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, terdiri dari:
1)     Media tanpa proyeksi, seperti: papan tulis, papan tempel, papan planel, bagan, diagram, grafis, poster, kartoon, gambar, dan lain-lain.
2)     Media pendidikan tiga dimensi. Alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, terdiri dari: model, benda asli, contoh/specimen, benda tiruan/mock-ups, diorama, boneka, topeng, peta, globe, pameran, museum sekolah, dan lain-lain.
3)     Media pendidikan yang mengunakan teknik atau masinal. Alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, meliputi antara lain: slide dan film strip, OHP, film, rekaman radio, televisi, laboratorium, perkakas oto-instruktif, ruang kelas otomatis, sistem interkomuniasi, dan komputer.
c.      Sumber-sumber masyarakat.
Berupa obyek-obyek, peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan, masalah-masalah, dan sebagainya dari berbagai bidang, yang meliputi: daerah, penduduk, sejarah, jenis-jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan, perdagangan, pemerintahan, kebudayaan, politik, dan lain-lain. Untuk mempelajari hal-hal tersebut diperlukan berbagai metode, yakni: karyawisata, manusia sumber, survay, berkemah, pengabdian sosial, kerja pengalaman, dan lain-lain.
d.     Kumpulan benda-benda (material collections).
Berupa benda-benda atau barang-barang yang dibawa dari masyarakat ke sekolah untuk dipelajari, seperti: potongan kaca, potongan sendok, daun, bibit, bahan kimia, darah, dan lain-lain.
e.     Contoh-contoh kelakuan yang dicontohkan oleh guru.
Meliputi semua contoh kelakuan yang ditunjukkan oleh guru sewaktu mengajar, misalnya dengan tangan, dengan kaki, gerakan badan, mimik, dan lain-lain. Keperaghaan yang tergolong ke dalam kategori ini tak mungkin disebutkan satu persatu, oleh karena sangat banyak macamnya dan sangat tergantung kepada kreasi dan inisiatif pribadi guru sendiri. Tetapi pada pokoknya jenis media ini hanya dapat dilihjat, didengar dan ditiru oleh siswa. 


3.      Disain Pesan                       
Disain pesan adalah sistematika bagaimana kita akan mengolah pesan-pesan kita menjadi program media yang efektif. Di dalam sistematika ini terdapat langkah-langkah pengembangan yang dapat kita jadikan pedoman sebagai alur untuk menentukan langkah-langkah yang akan kita lakukan. Beberapa alasan untuk menjawab mengapa desain itu kita perlukan:
-   Kemungkinan menyimpang dari tujuan yang ditentukan diperkecil dengan maksud validitasnya dipertinggi karena relevansi dengan tujuannya terjamin;
-  Keandalannya dapat terjaga karena konsisten dengan tujuannya;
-  Kemungkinan ada bagian-bagian penting yang terlewati terjaga karena dikerjakan secara sistematis;
-  Kelemahan dan kekurangan mudah dideteksi dan direvisi karena pola penelusurannya jelas.
4.      Visualisasi Ide
            Proses visualisasi merupakan salah satu kegiatan dari pengembangan media audio-visual. Salah satu karakteristinya adalah: visual lebih dipentingkan dari audionya. Dengan kata lain, pada pengembangan program audio-visual, hal-hal yang berupa visualisasi dari gagasan atau ide diharapkan dapat lebih memegang peran di dalam penyampaian pesannya. Berdasarkan penelitian mengenai kemampuan mengingat yang dilakukan oleh perusahaan Sovocom Company di Amerika disimpulkan sebagai berikut:
-         Verbal (tulisan) 20%-         Audio saja 10%-         Visual saja 20%-         Audio Visual 50% 
            Di dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak menyampaikan pesan secara verbal kepada lawan bicara kita. Bahkan sering kali kita berasumsi bahwa komunikasi verbal adalah lebih efisien daripada cara lain. Padahal dalam kehidupan sehari-hari pun sering kita jumpai hal-hal praktis berupa penyampaian lambang-lambang visual bukan tulisan yang merupakan lambang visual seperti: tanda larangan lalu lintas, kamar kecil untuk pria/wanita, petunjuk-petunjuk arah, dan sebagainya. Dengan menggunakan lambang-lambang visual, maka orang yang tidak bisa membaca pun akan dapat mengerti pesan yang dikirimkan.
 5.     




Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates